A. Kecerdasan Spiritual
SQ merupakan inti dari segala intelegensia pada manusia. IQ berfungsi untuk melihat keluar melalui mata dan pikiran, kecerdasan emosional (EQ) bekerja mengolah yang ada di dalam emosi (telinga perasaan), sedangkan kecerdasan spiritual (SQ) menunjuk pusat diri seseorang. Ketiga jenis kecerdasan ini sebetulnya berperan penting dalam mengembangkan setiap pribadi manusia ke arah ideal.
Sikap kita terhadap kecerdasan spiritual
yakni menempatkan jenis kecerdasan ini secara bijak sebagai hal yang melekat
erat di dalam diri manusia. Kecerdasan spiritual perlu dikembangkan dan dihayati manusia
dalam kenyataan hidup setiap hari. Kecerdasan spiritual bersifat universal
karena mampu merangkum kelompok mana saja, siapa saja, apapun latar
belakangnya. Namun kecerdasan spiritual itu tidak harus berkaitan dengan agama,
tradisi, dan sebagainya.
2. Kecerdasan
Spiritual sebagai Kecerdasan Umum Manusia
Kecerdasan spiritualisme jauh dari unsur-unsur agama ataupun perspektif teologis. Kecerdasan spiritual tetap mempertahankan dimensi humanisme universal setiap manusia. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang umum (univ ersal) dialami oleh manusia baik oleh orang yang mengaku beragama ataupun yang tidak beragama (ateis). Namun kecerdasan spiritual secara potensial telah ada pada setiap manusia. Tinggal bagaimana manusia secara pribadi mengeksplorasi kecerdasan itu dan menggunakannya secara efektif bagi kemanusiaan dan kehidupan sosial manusia.
3. Kecerdasan
Spiritual sebagai Kritik atas Egoisme Manusia
Kecerdasan spiritual juga bisa dijadikan
sebagai kekuatan kritik atas cara hidup manusia zaman
modern sekarang
ini atau bahkan mungkin di masa
depan. Sebenarnya kita manusia modern sekarang ini telah kehilangan nilai-nilai
prinsipil dan mendasar dalam kehidupan. Kehidupan yang bodoh secara spiritual
ini ditandai dengan adanya gejala
materialisme, egoisme, kehilangan makna hidup dan komitmen. Semua ini terjadi
karena manusia mengagungkan IQ dalam
dunia sekarang ini yang menempatkan rasio sebagai primadona. Bahkan kekeringan
spiritual terjadi akibat produk IQ yang ada pada manusia.
B. Pengertian
Operasional Kecerdasan Spiritual
1. Kecerdasan
Spiritual Tidak Sama dengan Spiritual Quotient
Kecerdasan
spiritual tidak sama dengan SQ. Karena
istilah Quotient adalah angka dari hasil pembagian. Kecerdasan
spiritual yang dimaksud di sini merupakan sebuah kajian ilmiah-matematis,
tetapi harus dimengerti dan dipahami sebagai usaha atau latihan untuk memaknai
kehidupan setiap manusia. Menghayati kehidupan yang bermakna menjadi
konsentrasi utama kita dalam usaha memahami
jenis kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual dibentuk dari dua (2) kosa
kata yakni kecerdasan dan spiritual. Kedua hal ini berbeda arti dan makna.
2. Pengertian
Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan
menalar, menginterpretasi, berpikir, memahami dan menemukan makna atau arti
dari sesuatu objek yang dipikirkan. Kecerdasan di sini merujuk pada usaha
manusia secara rasional untuk menyadari segala pengalaman yang hadir dalam
dinamika dan totalitas kehidupan manusia di planet bumi ini.
3. Pengertian Spiritual
Kata
spiritual berasal dari kata Inggris Spirit (roh) yang diturunkan
dari akar kata bahasa Latin ( spiritus ) yang bermakna sama yakni roh
atau jiwa. Dalam pemakaian populer, spirit dapat diartikan sebagai semangat yang
menggerakkan manusia dalam bertindak. Spiritual merupakan kebangkitan atau
pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup. Menjadi spiritual
berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau
kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material.
Kamus Filsafat mengungkapkan beberapa pengertian dari
spiritual yakni:
a). Imaterial,
bukan jasmani, tidak terdiri dari roh
b). Mengacu ke
kemampuan-kemampuan lebih tinggi dan nilai-nilai pikiran
c). Mengacu pada
nilai-nilai manusiawi yang non material seperti keindahan, kebaikan, cinta,
kebenaran, belas kasihan, kejujuran dan kesucian
d). Mengacu ke
perasaan dan emosi-emosi religius dan estetik
Spiritualisme metafisik mengandung beberapa pengertian,
yakni:
a). Pandangan
bahwa realitas terakhir yang mendasari adalah roh/jiwa dunia yang meresapi alam
semesta pada semua tingkat kegiatannya.
b). Pandangan
bahwa yang ada hanyalah Roh dan semua lainnya merupakan produk Roh
Absolut.
C. Manusia sebagai Makhluk Spiritual
1. Dimensi Jiwa Manusia
Jiwa sebagai unsur memiliki tiga (3) bagian yakni
reason , spirit dan appetite. Reason artinya
pikiran, spirit itu semangat dan appetite itu nafsu. Reason artinya kesadaran akan tujuan atau nilai. Spirit
mengarah ke arah tindakan sebagai respon atas reason . Dan
appetite sebagai keinginan tubuh atau selera.
Tubuh tanpa jiwa adalah mati, karena jiwa
adalah prinsip yang menggerakkan tubuh untuk
bergiat atau beraktivitas. Tanpa jiwa, aktivitas manusia
itu tak mungkin alias mustahil. Karena setiap
manusia memiliki jiwa, maka setiap manusia pastilah
digerakkan untuk melakukan aktivitas dalam hidup. Dan dari jiwalah manusia
mampu mengenal hal-hal spiritual dalam kenyataan hidupnya.
2. Menuju
Realitas Spiritual
Realitas spiritual dapat berupa kesadaran,
inspirasi pencerahan ataupun dorongan hati yang begitu kuat untuk melaksanakan
hal-hal spiritual konkret yang dialami manusia dalam seluruh kehidupnnya.
Dalam keny ataan sehari-hari, realitas
spiritual bisa tampil dalam banyak bentuk dan macam. Orang beragama (Katolik,
Islam, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu) dapat mengalami hal itu dalam
tindakan-tindakan bernuansa spiritual yang dialami.
Realitas spiritual dimaknai oleh orang
beragama dengan pengalaman penyatuan dengan kekuatan Ilahi (Tuhan) dalam
doa-doa yang disampaikan kepada Tuhan. Realitas spiritual dialami oleh orang
non beragama seperti penganut aliran spiritual (kebatinan) yang sedang
berekstasi dalam pergulatan spiritualnya. Atau juga seorang profesional yang
merasakan kegembiraan luar biasa saat melakukan tugas/pekerjaan kesehariannya.
3. Ciri Manusia
yang Cerdas Spiritual
Ciri-ciri manusia
yang cerdas secara spiritual antara lain:
·
Mampu
memaknai realitas kehidupannya dalam rumusan nilai-nilai tertentu.
·
Senang
dan bahagia menjalankan kehidupannya.
·
Suka
berbuat baik kepada sesama.
·
Cepat
menolong orang lain.
·
Telah
menemukan tujuan hidupnya.
·
Merasa
terhubung dengan kek uatan alam semesta,
·
Memiliki sense of humor yang baik dalam relasi dengan orang lain di
sekitarnya.
D. Tanggung Jawab Manusia sebagai Makhluk
Spiritual
·
Semua manusia memiliki tanggung
jawab untuk mengembangkan / nya kehidupanspiritualnya, hari demi
hari sepanjang hidup mereka
·
Manusia harus
membuat refleksi untuk menemukan nilai kekal dalam
/ hidupnya
·
Tanggung jawab
ini memberikan manusia keharusan untuk membuka semua
elemen di dunia.
·
Visi ini memotivasi
semua manusia melihat kehidupan rohaninya.
A.
Memahami Agama dan Spritualisme
1.
Ruang Lingkup Agama
Agama :
suatu keyakinan religius dan sakral yang dipersepsikan dalam konteks
antropomorfis ketuhanan, akan suatu kekuatan tertinggi yang melampaui kemampuan
manusia. Agama menjadi sumber etika moral dalam sikap dan perilaku. Etika dalam
agama ini diakui kebenarannya dan diwujudkan dalam sikap dan tingkah laku yang
baik di dalam kehidupan.
2.
Asal usul agama
Agama
berasal dari kesamaan-kesamaan budaya di seluruh alam, kesamaan mendasar dalam
benak manusia.
3.
Karakter Agama
a. Memiliki Kepercayaan Agama
Kepercayaan
merupakan unsur utama dalam agama. Kepercayaan artinya keyakinan ayau iman yang
kukuh dan taidak tergoncangkan pada Tuhan ataupunn sesuatu yang disembah di
dalam agama-agama.
b. Memiliki Simbol Agama
Agama biasanya
memiliki simbol, tanda dan lambang tertentu didalamnya. Simbol atau lambang itu
bukan hampa makna. Simbol itu memiliki arti dan makna tertentu. Simbol biasanya
bersifat filosofi atau cara pandang para penganut agama berkaitan dengan Tuhan
yang mereka sembah dalam agama mereka. Simbol itu bersifat kudus, suci, sakral,
istimewa dan unik. Simbol biasanya dapat menjadi sarana yang mendukung praktik
ibadat atau ritus kelompok penganut agama bersangkutan.
c. Memiliki Praktek Agama
Salah satu
unsur yang menertai praktek agama ini adalah sikap dasar ketaatan untuk
melakukan praktek itu dengan penuh ketaatan dan loyalitas. Hal inilah yang lalu
membuat praktek agama itu sebagian hal yang rutin dilakukan oleh para penganut
agama. Praktik agama itu ada yang bersifat wajib dan harus, adapula yang tidak
bersifat wajib.
d. Memiliki Umat Agama
·
Individu
atau orang yang bergabung dalam kelompok jenis agama tertentu akhirnya
membentuk apa yang disebut kelompok atau komunitas pemeluk agama. Orang yang
memeluk agama tertentu disebut penganut agama atau umat.
·
Umat
merupakan kumpulan irang-orang yang memiliki iman, keyakinan dan kepercayaan
yang sama akan Tuhan atau Allah.
e. Memiliki Pengalaman Keagamaan.
Orang yang
mengalami pengalaman keagamaan akan merasa kukuh dan kuat menghayati agama yang
telah dipilih dan dianutnya. Ia tidak akan mudah tergoncang untuk melakukan hal
yang buruk atau hal yang salah dalam hidupnya. Ia tidak akan mudah tergoncang
untuk melakukan hal yang buruk atau hal yang salah dalam hidupnya. Ia tidak
akan gampang juga untuk terjatuh kedalam godaan-godaan dunia ini yang
menyesatkan dan menghanyutkan manusia kedalam jurang dosa.
4.
Kategori Agama
·
Agama
wad’i (natural religions) : agama alamiah yang merupakan kreasi manusia dan
muncul di lingkungan tempat mereka hidup sebagai agama Hindu, Budha, Kong Hu
Cu, dan Shinto
·
Agama
Samawi (revealed reliigions) : agama yang diturunkan dari Allah sebagai
petunjuk bagis manusia seperti agama Islam, Nasrani (Kristen-Katolik). Yahudi
1.
Aliran-Aliran
Spritualisme
Dalam perspektif filsafat spritualisme mengandung beberapa pengertian
·
Ajaran
yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh (pneuma, nous, reason,
logos) yang mengisi dan mendasari seluruh alam semeseta ini.
·
Seringkali
disebutkan untuk pandangan idelistik yang menyatakan adanya roh mutlak
·
Spritualisme
juga dipakai dalam bidang keagamaan dan spritual untuk menekankan pengaruuh
langsung roh suci dalam kehidupan manusia.
·
Spritualisme
juga dapat berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mamti berkomunikasi dengan
orang yang masih hidup melalui orang-orang tertentu. Istilah spritualisme lebih
tepat dikenakan bagi kepercayaan semacam ini yang lazim disebut spiritisme.
·
Spiritisme
merupakan keturunan langsung atau pengembangan dari animisme yang percaya bahwa
“semua benda dan kejadian alam berjiwa” dan dinamisme yang percaya bahwa
“terdapat manisfestasi dari kekuatan-kekuatan tertentu dibalik dinamika semesta
dan kenyataan-kenyataan alam.”
Aliran –aliran filsafat spiritualisme :
·
Aliran
idealisme yang para penganutnya memberi tempat tertinggii oada ide
·
Aliran
Spritualisme yang memberi tempat tertinggi pada aspek jiwa manusia
·
Aliran
rasionalisme yang memberi tempat tertinggi pada akal budi manusia.
Aliran-aliran spritualisme
dikategorikan :
·
Spritualisme
primit (tradisional) : animiisme, dinamisme, spiritisme
·
Spritualisme
Natural : agama natural, fengshui, horoskop, totemisme
·
Spritualiisme
Sekular : humanism, dan era baru
2.
Karakteristik Spritualisme
Spritualisme tidak menggolongkan diri kedalam salah satu agama.
Spritualisme beriktiar membuat hidup manusia mencapai keseimbangan dan
perkembangan maksimal dalam pencarian nilai spritual dalam hidup. Spritualsme
bercita-cita membentuk pribadi manusia yang baik, bermoral, dan beretika dalam
hidup ini dengan mengandalkan eksplorasi ruang batin manusia yang terdalam.
Spritualisme adalah salah satu jalan menjadi pribadi bijaksana dalam hidup ini.
B. Realasi Agama dan Spritualisme
1.
Identik tapi Disting
Perbedaan :
Spritualisme : -
Menekankan aspek batiniah
-
Mengutamakan
dimensi rohani-batiniah
-
Dijalankan
dalam keheningan, ketenagan, kesunyian, meditasi, dan kontemplasi
-
Berurusan
dengan ruang privasi internal batiniah.
Agama : -
Mengutamakan ritual artifisial fisik
-
Menonjolkan
dimensi fisik-lahirlah
-
Dijalankan
dalam nuansa kebersamaan dalam iklim persaudaraan dan keramaian dalam
kebersamaan
-
Berurusan
dengan ruang publik (umum).
Persamaan :
-
Mencari nilai-nilai universal dan hakiki
dalam kehidupan berkaitan dengan Tuhan
-
Mengikhtiarkan kedamaian, kebaikan,
keharmonisan, keselarasan, keseimbangan dalam realitas kehidupan ini.
-
Identik dalam membawa manusia hidup baik dan
benar di dalam alam semesta.
2.
Saling Melengkapi dan Saling
Mendukung
·
Agama
tanpa Spritualisme akan salah arah, karena akan mudah terjebak dalam dimensi kedangkalan
dalam penghayatan agama
·
Agama
tanpa Spritualisme akan mudah terjebak kedalam fenomena politisasi agama
ataupun religiosifikasi politik
·
Agama
tanpa spritualisme akan mudah terjebak dalam fenomena manipulasi yang
menyesatkan.
C.
Peran Agama dan Spritualisme
1.
Membentuk Pribadi yang Religius dan
Spritual
o
Agama
membentuk pribadi yang religius, yang beriman, yang percaya teguh pada Tuhan
dalam seluruh ziarah eksistensinya sebagai manusia.
o
Pribadi
yang religius adalah pribadi yang menghargai nilai-nilai rohani dan nilai-nilai
keTuhanan dalam hidup.
o
Spritualisme
membentuk pribadi spritual yang mengutamakan nilai-nilai ketenangan, kedamaian,
keharmonisan, kepekaan batin yang mendalam terhadap sesama makhluk ciptaan
Tuhan yang lain.
2.
Membentuk Pribadi yang Bermoral
Teori
perkembangan moral Kohlbreg :
·
Level
Moralitas Prakonvensional (usia 0-9 thn) : dimana individu menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan sosial.
- tahap
1 : hukum dan orientasi ketaatan.
Individu menyesuaikan diri dengan otoritas superior di atas dirinya yang
berkuasa mengadili.
- tahap
2 : perubahan kepentingan diri. Individu taat
supaya mendapatkan imbalan yang ditawarkan oleh orang lain pada dirinya.
·
Level
Moralitas Konvensional (usia remaja) : dimana individu mulai mengerti, menerima
dan melaksanakan aturan dan harapan sosial yang ditentukan oleh otoritas.
- tahap
1 : menjaga relasi interpersonal yang
baik. Individu berusaha agar terlihat baik oleh orang-orang disekitarnya.
- tahap 2 : menjaga sistem sosial termasuk relasi
dengan otoritas sosial. Individu menyetujui aturan-aturan sosial.
·
Level
Moralitas Postkonvensional (dicapai oleh sebagian kecil org dewasa dan jarang
sampai umur 20) : aturan-aturan sosial diterima namun individu melakukan
internalisasikan nilai-nilai moral mereka sendiri dibawah hukum-hukum.
- tahap 1 : moralitas kontrak sosial dan hak-hak
individu. Aturan-aturan sosial terlihat relatif dapat berubah sesuai efek
persetujuan.
- tahap 2
: moralitas berdasarkan prinsmip etika universal. Sebagai pribadi
rasional, individu mengenal validitas etika universal.
3.
Membentuk Pribadi Arif dan Bijaksana
·
Pribadi
yang Arif : pribadi yang mampu menunjukkan perbuatan baik dalam
kenyataan/tindakan sehari-hari.
·
Pribadi
yang bijaksana : pribadi yang mengutamakan hati nurani dan pikiran benar yang
diwujudkan dalam tindakan konkret yang tidak merugikan orang lain.
·
Hati
nurani : penerapan kesadaran moral dalam situasi konkret yang manusia alami.
A.
Pengertian Pengalaman Spritual
1.
Fenomena Pengalaman Keagamaan
Pengalaman
keagamaan merupakan pengalaman spritual yang dialami oleh orang ataupun
kelompok penganut agama dalam kenyataan sehari-hari. Pengalaman keagamaan
biasanya dialami oleh para pendiri agama atau tokoh panitan dalam agama
masing-masing
2.
Pengertian Pengalaman Keagamaan
Pengalaman
Keagamaan dapat diartikan sebagai segala macam kejadian dan peristiwa religus
yang dialami oleh penganut agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai konteks
agama yang dianutinya. Pengalaman keagamaan bisa berkembang menjadi Pengalaman
Iman. Pengalaman iman biasanya menjadi potensi yang mendorong orang untuk
semakin menghayati agama yang dianutinya secara baik.
B.
Tipologi Pengalaman Puncak Keagamaan
·
Gordon Alport : membedakan baik dari buruk, perasaan yang kuat,
konsisten dalam moral yang damai,
kelengkapan di
dalam Allah, heuristik
·
William James : kepekaan keberadaan Tuhan, hubungan
terus menerus dengan Tuhan, perubahan dalam kebahagiaan, emosi terdalam dan
kasih sayang tumbuh
·
Maslow : Pribadi terpisah dari realitas fisik
dan satu dengan kekuatan transenden
C.
Pengalaman Spritual Puncak
Pengalaman puncak ataupun ekstasi
spritual adalah keadaan psikologiis yang ciri khasnya adalah penyerapan mental
yang intens, rasa terpesona.
o
Tradisi
klasik Yunani, menurut Filsuf Plotinos merekomendasikan 3 jalan utama yang
harus di ikuti manusia untuk mencapai ekstasi spritual yaitu : jalan
pembersihan, jalan kontemplatif/permenungan, dan jalan penerangan/pencerahan
o
Ekstasi
religius zaman ini bisa ditarik jauh sampai pada kenyataan praksis kita
sehari-hari. Nuansa ekstasi spritual dapat direalisasikan dalam setiap bentuk
aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang melibatkan unsur
keikhlasan, kasih, kerelaan, kepedullian, empati dan simpati bagi sesama yang
menderita.
D.
Titik Tuhan di Otak
·
Menurut
penelitian Neurolog Michael Persinger tahun 1990-an bahwa GOD Spot ada dalam
otak manusia, terletak di lobus temprol (dibalik pelipis).
·
Orang
yang suka berpikir dan merenungkan Tuhan tentu akan menunjukkan titik Tuhan itu
ada di dalam diri orang tersebut. Kesadaran akan kehadiran Tuhan ini menandai
adanya titik Tuhan di otak kita. Dan orang beragama dan penganut spritual
bertanggung jawab mengembangkan titik Tuhan ini untuk hidup bahagia dalam kehidupan
dalam kesatuan dengan makhluk hidup lainnya, disini kecerdasan spritual berasal
dari integrasi aktivitas GOD spot dengan aktivitas yang lebih luas dari otak,
dengan IQ, dan EQ untuk membentuk satu keutuhan.
TOPIK IV
A.
Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan
Spritual
1.
Akal Budi Penting Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spritual
Akal Budi adalah rahmat Tuhan yang
luar biasa bagi manusia.
Usaha mengembangkan kecerdasan
spritual, akal budi dapat digunakan untuk 2 hal :
§ Berpikir Integralistik : berpikir dengan cara menghubungkan subjek
pribadi kita dengan segala unsur lain di dalam alam semesta ini.
§ Berpiki Reflektif : berpikir integralitik mengendalikan
manusia harus mampu berpikir reflektif. Artinya manusia harus mampu berpikir
sampai ke kedalam uuntuk menemukan makna dan nilai-nilai spritual mendasar
dalam kehidupan ini.
2.
Manfaat Mengembangkan Kecerdasan
Spritual
a. Memiliki kepekaan hidup sosial yang
baik
b. Memiliki kesadaran diri yang optimal
c. Memiliki kekayaan spritual yang
memadai
d. Mengelolah ruang batin secara maksimal
e. Aktif dan produktif dalam hidup
3.
Buah-buah Mengembangkan Kecerdasan
Spritual
a. Kita menjadi pribadi yang integratif
Pribadi
yang integratif : pribadi yang mampu menyatukan berbagai hal yang berbeda
menjadi satu kesatuan.
b. Kita menjadi pribadi yang spritual
Pribadi
yang spritual : orang yang mampu terbuka dan membuka diri pada hal-hal spritual
dalam hidupnya.
c. Kita menjadi pribadi yang bermoral
dan beretika
Pribadi
yang bermoral : pribadi yang mampu berpikir dan
memikirkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebaikan dalam kehidupan ini
Pribadi
beretika : orang yang terus belajar tentang hal-hal baiik dalam hidup.
d. Kita menjadi pribadi yang gembira dan
bahagia
Orang yang
cerdas spritual akan menikmati hidup secara baik dan gembira, Karena baginya,
hidup adalah sebuah rahmat kehidupan dari Tuhan yang harus dirayakan dan
dihayati dengan penuh kegembiraan dan suka cita.
e. Pribadi yang menjaga keseimbangan dan
keharmonisan
Orang yang
cerdas spritual menciptakan kedamaian segala situasi dan dalam keadaan apa saja.
B.
Cara Mengembangkan Kecerdasan
Spritual
1. Menyadari keberadaan diri sekarang
Menyadari
keberadaan diri sekarang ini membuat kita hidup secara bertanggung jawab atas
waktu, tanggap dengan situasi di sekitar kita dan respek pada sesama dan
makhluk hiduplain di dalam alam semesta ini.
2. Merasakan dengan sangat kuat bahwa
kita ingin berubah
Mengubah
diri adalah tanda orang yang mau berkembang dan mau berjuang menjadi orang baik
dalam hidup ini. Mengubah diri penting agar kita juga dapat menyesuaikan diri
dengan situasi, lingkungan dan keadaan di sekitar kita.
3. Merenungkan pusat diri dan motivasi
yang paling dalam
Tanggung
jawab manusia sebagai makhluk rasional etis yakni melakukan refleksi dan
renungan terus-menerus sepanjang hidupnya. Titik pusat renungan itu tersental
pada penemuan motivasi diri yang paling dalam di dalam hati manusia.
4. Menemukan dan mengatasi rintangan di
dalam diri
5. Menggali banyak kemungkinan untuk
melangkah jauh
Orang yang
memiliki banyak pikiran inspiratif, suka merenung dan menggali nilai-nilai
spritual dalam dirinya inilah yang membuat ia melangkah maju dalam kehidupannya
waktu demi waktu.
6. Menetapkan hati pada sebuah jalan
spritual
Menentukan
sikap pada satu jalan spritual yang menjadi keyakinan dasar. Jalan spritual itu
dapat bebrbentuk keimanan yang semakin kukuh pada agama yang dianut, atau
keteguhan hati pada suatu keyakinanspritual yang dipilih.
7. Terbuka hati untuk sadar bahwa tetap
ada banyak jalan spritual
Walaupun
kita sudah memilih jalan spritual, bukan berarti membuat kita mengklaim dan
mengadili bahwa jalan spritual lain salah dan tidak benar. Kita harus tetap
terbuka hati dan sadar diri bahwa tetap ada banyak jalan spritual.
C.
Agama sebagai Sarana Pengembangan
Kecerdasan Spritual
Agama
merupakan salah satu sarana efektif untuk mengembangkan kecerdasan spritual,
karena agama memiliiki visi yang sama berkaitan dengan spritualisme. Sebagai
sarana pengembangan kecerdasan spritual, agama harus dimaknai dan dihayati
sampai pada wilayah spritual. Bagian dari agama yang dapat dikembangkan menuju
spritualisme :
1. Aktivitas Berdoa
2. Praktik Ritual
3. Tulisan Kitab Suci
4. Ajaran Iman Agama
A.
Pengertian Sadar
Menurut KBBI, sadar adalah insaf, merasa tahu dan mengerti.
Kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti ; atau hal yang dirasakan/dialami
oleh seseorang.
§ Kesadaran dapat dikembangkan. Kita dapat mengubah hidup kita untuk menjadi lebih baik, untuk mengurangi penderitaan kita dan penderitaan orang lain
§ Kehidupan sadar
membutuhkan indera, pikiran sadar, pikiran bawah sadar, untuk berada di sini dan di sekarang
sepenuhnya dan kepedulian
§ Semua yang ada berinteraksi
satu sama lain, saling tergantung, dan
menyelinap. Oleh karena itu, kita tidak harus dipenjarakan
oleh ego. Kesadaran ini memanggil kita untuk hidup bersama Allah,
untuk memulai umat manusia, untuk mencintai terwujud dalam tindakan
B.
Dimensi Spritualitas Manusia
·
Kesadaran diri (self consciousness) : Manusia sebagai subjek mampu mengenal
dirinya sendiri dan merefleksikan dirinya sendiri sebagai obyek
·
Kesadaran Spritual (spritual consciousness) : Terkait dengan
kapasitas spiritual yang mendapatkan makna, nilai dan tujuan bahwa ego luar biasa.
Terkait dengan hati nurani, cahaya hati, energi
spiritual, energi ilahi dalam setiap manusia, yang terdiri dari kesadaran
moral.
·
Isi
Kesadaran
-
Mental konstruksi
Setelah kesadaran, positif, negatif dan netral. Benih dalam kesadaran dapat disimpan, dimodifikasi: benih kebencian
dapat diubah menjadi cinta; cinta bisa berubah menjadi kebencian
·
Tingkat Kesadaran :
-
Kesadaran akal (Sense Consciousness)
Rasa memiliki keterbatasan; objek akal adalah dirasakan, pikiran
melihat / mendengar / merasakan, dll Satu merasa suka atau tidak suka terhadap melihat atau mendengar
sesuatu, tidak disebabkan oleh
objek tetapi konsepsi pikiran.
-
Kesadaran pikiran (Mind Consciousness)
Rasional / intelektualitas menghasilkan
pengetahuan, bahasa, matematika, seni
dll
-
sub kesadaran (Sub consciousness )
Tersimpan kesadaran yang terus tumbuh
benih ; Komando banyak hal yang terkait dengan insting ego.
·
Hati
nurani : suatu kesadaran tentang moral, yang membedakan baik dan buruk
sehubungan dengan tingkah laku kita.
Ada 2
bentuk hati nurani :
1. Retrospektif : memberi penilaian
tentang perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau
2. Prospektif : melihat ke masa depan, mengajak atau melarang untuk melakukan
sesuatu
·
Melatih nurani :
kesadaran, kepekaan,
kritis, Loyalitas / taat
C.
Menyadari Realasi Semua Makhluk
-
Ego berdiri dengan sendirinya
Saya dari elemen non-saya
-
Jadilah satu dengan napas
Hidup dalam nafas (roh)
-
Merangkul Allah
Tuhan bersama kita, namun kita dengan Allah?
-
Ego vs non-ego
Saya berpikir maka saya? →
melegitimasi saya yang mendominasi mereka yang kurang cerdas
-
Diet untuk Kesadaran
Menjaga pikiran dari dampak pengaruh
negatif
D.
Melayani Seluruh
Makhluk
§ Sentuhan Perhatian : semua orang perlu
disambut dan mendengar
§ Hidup di saat ini : Siapa yang paling
penting? Kapan waktu yang paling penting?
Baca di relay "Tiga Pertanyaan dari Kaisar”
Baca di relay "Tiga Pertanyaan dari Kaisar”
§ Mengubah motivasi : kesejahteraan /
keselamatan untuk diri sendiri dan orang lain
E.
Mencintai Dengan Tulus
§ Kasih dalam tindakan : Penderitaan orang lain adalah penderitaan kita. Tidak ada kebahagiaan tanpa
cinta
§ Kemanusiaan menanggulangi segala sesuatu : Membantu tanpa diskriminasi yang
§ vitalitas spiritualitas : Agama bagi umat manusia memiliki kepedulian sosial
§ Panggilan : Meningkatkan visi dan misi
untuk memberi arti bagi kehidupan.
A.
Memaafkan dengan Sadar
§ Otak mampu mengembangkan koneksi neuron baru. Dengan
mengubah pikiran kita, kita dapat mengubah kehidupan kita, termasuk mengubah kebencian menjadi cinta.
§ Menempatkan diri pada sepatu orang lain, ketika kita melakukan kesalahan,
kami ingin pengampunan
§ Penyesalan kesalahan harus
diikuti dengan pertobatan, mengubah diri kita secara drastis dan tidak lari dari tanggung jawab.
§ Didorong oleh pengampunan dari Tuhan,
kita harus dapat mengampuni orang lain
Saling mengampuni membawa perdamaian dan kehidupan yang lebih baik untuk semua.
Saling mengampuni membawa perdamaian dan kehidupan yang lebih baik untuk semua.
Proses Berfikir
§ Memahami cara
kerja otak
§ Pikiran sebagai
pemimpin : Kita berpikir
dengan otak kita, tetapi otak itu sendiri dikendalikan oleh pikiran
§ Dibentuk oleh kebiasaan : Kebiasaan mental
dapat diubah dengan mengubah pikiran
B.
Memaafkan Berdasarkan Pengalaman
Spritual
§ Membangkitkan pemahaman Refleksi diri : jika kita berada
di posisi orang yang kita sukai? Bahkan jika kita benar, yang lain tidak mungkin salah
§ Kemarahan
menyebabkan
penderitaan
: Pikiran tidak tenang, kenyamanan kami,
kesehatan dan pekerjaan terganggu
"Tak seorang
pun dapat menyakiti Anda kecuali Anda sendiri." (Gandhi)
Dorongan dari Cinta
§ Mengasihi diri
kita sendiri sehingga kita dapat mengasihi orang lain Interdependensi: Ketika orang lain salah, kita juga
salah
§ "Jika Anda
benar, Anda dapat menyimpan kemarahan Anda. Tapi, ketika Anda salah, Anda tidak bisa
menghilangkan amarah Anda "(Gandhi)
§ Memaafkan dalam
cinta untuk bersama-sama kebaikan
C.
Memaafkan sebagai Tuntutan Iman
§ Kesediaan untuk
memaafkan : Untuk memaafkan
sebelum meminta maaf terpidana (Nabi Muhammad)
§ Siapapun yang
menampar pipi kananmu, berilah samping lain : memaafkan tidak hanya7kali, tetapi 70 kali 7 (Yesus)
§ Bebas dari main
hakim sendiri : Karma bukan untuk
balas dendam-Kebencian tidak akan berakhir oleh kebencian (Buddha)
Rahmat dari Allah
-
Tuhan penuh kasih dan kemurahan
-
Allah telah menyatakan pedoman tentang meminta maaf
-
Perumpamaan tentang "Kembalinya anak yang hilang.
Kasih dan Wawasan Kebijaksanaan
o
Percaya dan cinta kepada Tuhan berarti membawa cinta tak
terbatas dari Tuhan di dalam diri kita
o
Cinta bersama, tidak ingin
orang lain menderita, bahagia untuk kebahagiaan orang lain, dengan menjaga keseimbangan dalam menghadapi konflik
berdasarkan kebenaran dan keadilan
D.
Element Penting Dalam Memaafkan
·
Pertobatan dan Tanggung
Jawab
-
Meminta maaf tidak cukup.
Sebuah perubahan radikal dalam memperbaiki atau tidak mengulangi kesalahan yang sama sangat penting.
-
Jangan menyangkal tanggung jawab, membayar
harga kesalahan, berdasarkan hukum dan hukum sebab dan
akibat.
-
Memaafkan tidak berarti menghapus
kesalahan melainkan untuk tidak menyimpan dendam di
dalam hati, membebaskan
satu dari tekanan menyesal dan memberi kesempatan
untuk berubah.
·
Introspeksi diri
-
Mata tidak dapat melihat mata diri sendiri
-
Satu menderita
bukan karena kritik orang lain tetapi persepsi dan perasaan yang bereaksi negatif
·
Kedudukan Rendah
-
Ini tidak berarti kehilangan, ketakutan, ketidakmampuan
untuk bersaing
-
Menampilkan kebesaran jiwa, kedewasaan pribadi & iman
jatuh tempo
-
Pahami bahwa setiap orang memiliki kelemahan dan membuat
kesalahan.
-
Menaklukkan diri sendiri, bukan orang lain.
E.
Pahala dari Memaafkan
·
Keajaiban Penyembuhan : Sikap mental mempengaruhi
kesehatan fisik
·
Musuh menjadi teman : Manfaat perdamaian semua, untuk bersatu untuk membangun
kehidupan yang lebih baik
·
Internal dan eksternal
perdamaian : Membawa surga, damai di
hati seseorang, damai di bumi
A. Manusia
Mencari Kebenaran
1.
Arti Kebenaran
·
Perbedaan antara ilmu dan agama
- Perbedaan motif, metode dan tujuan
- Sains tidak masuk ke dalam alam jiwa, cinta dan semangat
- Kebenaran spiritual dan religius tidak harus didasarkan pada perbandingan, bisa berdasarkan intuisi.
- Perbedaan motif, metode dan tujuan
- Sains tidak masuk ke dalam alam jiwa, cinta dan semangat
- Kebenaran spiritual dan religius tidak harus didasarkan pada perbandingan, bisa berdasarkan intuisi.
·
Pikiran Perpaduan
Jenis hubungan: konflik, interdependensi, dialog, integrasi
Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta (Einstein)
Jenis hubungan: konflik, interdependensi, dialog, integrasi
Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta (Einstein)
2.
Kebenaran bukan Pembenaran
·
Kebenaran Allah adalah mutlak dan universal, dipahami dan
diwakili berbeda oleh manusia yang
memiliki keterbatasan
·
Kita membutuhkan kebenaran dari ilmu pengetahuan dan
agama atau spiritualitas
yang saling
melengkapi
·
Kebenaran bukan pembenaran. Oleh karena itu setiap dari satu kebenaran membutuhkan pembuktian, diterima oleh akal atau hati nurani dengan penuh tanggung jawab.
·
Kita harus hidup dengan
kebenaran dalam kegiatan sehari-hari kita, hidup di kehidupan kita dengan benar dan sesuai,
jujur dan adil, menjaga
janji kita dan patuh pada hukum.
B. Sumber
Kebenaran Spritual
·
Pengalaman langsung
: Kebenaran adalah salah satu pengalaman secara langsung
·
Pesan dari Tuhan
: Terbuka untuk
seluruh manusia di era semua
·
kitab suci
: Ditulis / disusun
berdasarkan memori, terkait dengan banyak orang untuk waktu nanti.
·
Tafsiran /
penerjemahan : kebenaran absolut yang menjadi kebenaran relatif, menjadi bersama tergantung pada waktu dan tempat
C. Dimensi
Universal Kebenaran
·
Hukum Impermance
: Mengantisipasi dan
memanfaatkan perubahan
·
Sebab-akibat & saling bergantungan : Melindungi ekosistem dengan
prinsip-prinsip ekologis
·
Bersatu dalam perbedaan
: Pelangi berasal dari satu sumber cahaya
·
Manusia martabat : Komitmen terhadap martabat manusia & kesejahteraan semua
D. Manusia
Mampu Mengetahui Kebenaran
1.
Akal Budi
Mampu untuk
belajar, memahami, menganalisis, dan menyimpulkan
2.
Kehendak Bebas
Mampu merencanakan masa
depan, menentukan nasib sendiri
3.
Tanggung Jawab
Menjadi kritis
dan verifikasi
Mengidentifikasi
sumber dari kesalahan:
·
Ilusi karena kesalahan persepsi
yang melihat, kesalahan dari pikiran
yang mengidentifikasi, kesalahan dari pandangan yang membentuk ide.
·
Deduktif kesalahan yang terkait dengan
penggunaan bahasa, misalnya
pengartani
yang salah, sumber penterjemahan yang menyimpang.
·
Induktif kesalahan, disebabkan oleh prasangka, tidak lengkap / ceroboh
observasi, analogi yang salah atau generalisasi
·
Indra tidak di bawah sadar, misalnya
berkaitan dengan kesehatan dan jiwa;
sensitivitas perasaan, prasangka emosi, dan imajinasi
E. Manifestasi
Kesetian Pada Kebenaran
·
Hidup sesuai dan benar
-
Seperti yang anda inginkan orang
lain lakukan untuk Anda, Anda juga melakukannya
untuk orang lain (Yesus)
-
Bersyukur, berterima kasih, sadar untuk mengembalikan
·
Jujur dan adil
-
Setiap orang bisa salah, tetapi
tidak harus berbohong
-
Memberi orang lain apa yang
telah menjadi hak-hak
mereka
·
Menjadi setia kepada
janji-janji
-
Janji untuk orang lain atau
diri sendiri
-
Janji adalah utang yang
harus dibayar
-
Kepercayaan adalah kekayaan / modal, suatu prinsip
yang bergerak aktivitas manusia
·
Taat kepada hukum
-
Tanpa hukum, kebebasan akan tergelincir
-
Penegakan hukum memerlukan
kepastian hukum
No comments:
Post a Comment